AYU LHS

This isn't awkward dan bukan di Instagram juga, tapi lucu aja sih. Saya lagi scrolling timeline-nya Tastemade Indonesia di Line, terus nemu resep Pempek Lenggang. Alih-alih menuliskan caption videonya sebagai Pempek Lenggang, adminnya menuliskan 'Dadar Pempek khas Palembang!'. Entah karena gak mau repot-repot menonton video tersebut sampai habis atau lantaran kurang jeli, orang-orang ini langsung merasa perlu mengoreksi si admin. Padahal di akhir video, jelas-jelas ada tulisan 'Lenggang'. Oh, ada yang lebih lucu lagi: merasa lebih tahu cara membuat kuah pempek, beberapa orang lebih bersemangat lagi buat mengoreksi bukan adminnya, tapi resepnya. Alhasil, kolom komentar Tastemade Indonesia yang biasanya cuma berisikan 2-5 komentar stiker Line atau sekadar tulisan 'mau' atau 'enak' jadi 21 komentar di postingan ini.

View more

Halo!
Terimakasih, saya senang kalau jawaban saya berguna, ehe. Terimakasih juga karena kamu secara random bikin mood saya membaik. Nih, stroberi untuk kamu. 🍓
.
Kamu sebetulnya sudah menjawab pertanyaanmu sendiri, lho, yaitu dengan berpikir. 'Berpikir' adalah kata yang kelewat sederhana buat menggambarkan proses yang terjadi dalam otak kita. Sebutan yang lebih sesuai mungkin adalah 'sintesis informasi'. Setiap hari, otak kita dibombardir dengan ratusan-ribuan informasi. Informasi sebanyak itu datangnya dari mana? Literally every single thing you encounter everyday: internet, TV, buku, e-book, radio, percakapan acak, diskusi, koran, gosip tetangga, phone calls with your beloved friends, jawaban akun-akun Askfm yang kamu follow, bahkan dari kencan dengan gebetanmu. Otak kita menerima kurang-lebih 105.000 kata per hari; semuanya terangkai dan terkelompokkan dalam beragam jenis informasi tanpa kamu sadari sepenuhnya.
.
Terus kalau otak kita sudah loaded dengan informasi sebanyak itu, diapakan? Kalau tidak 'diolah', disintesis, ya akan hilang... or simply hidden in your unconscious/subconscious mind. Ibarat kamu punya stok bahan makanan, kalau gak kamu olah, bahan-bahan yang menumpuk itu akan membusuk dan jadi gak berguna. Dengan mendapatkan stimulan yang dapat membuatmu teringat pada informasi-informasi tertentu, kamu akan mensintesis kumpulan informasi (bahan mentah) tersebut menjadi suatu pemikiran/jawaban/gagasan/kesimpulan. Stimulannya apa? Bisa pertanyaan di Askfm, bisa soal fisika yang dikasih gurumu, bisa celotehan teman kamu yang tiba-tiba tanya, "Menurut kamu, kebijakan gubernur DKI yang baru tentang becak, gimana?", dan lain sebagainya.
.
Tidak semua orang pandai dalam banyak hal, tapi semua orang bisa berpikir. Jadi, mari kita lebih banyak menghabiskan waktu untuk duduk tenang dan... berpikir. 💁

View more

Ahahah, masih update K-Pop dong. Karena kebetulan, saya memang cuma cocok sama genre ini. Saya bosan dengar lagu western, dan sering gak cocok dengan lagu-lagu lokal yang baru-baru keluar. 😅
.
Jadi, saya juga tadinya gak minat dengan K-Pop. Tapi waktu tahun 2010-an itu, ada seorang teman yang suka minta tolong saya untuk mengunduh beberapa lagu K-Pop. Suatu hari, saya penasaran dan cari MV-nya. MV K-Pop pertama yang saya tonton itu SS501 - Love Ya. Langsung cocok, langsung suka. Ketemu teman-teman SMA, saling tukar grup bias, ya jadilah seperti sekarang, sampai kalau karaokean selalu disuruh nyanyi bagian rap-nya. :')
Pun sudah kenal K-Pop dari 2010, saya baru menemukan ultimate bias group empat tahun kemudian, gara-gara nonton Error-nya VIXX.
.
Saya lagi gak sibuk kok, sedang menanti teman yang mau menelepon. :)

View more

Sebelum saya jawab pertanyaan kamu, saya mau bilang dulu kalau VIXX adalah grup pertama yang saya suka semua anggotanya. Biasanya dalam satu grup, pasti ada deh anggota yang saya kurang sreg. Tapi beda sama VIXX. Duh, kenapa ya, saya sayang semuanya sih. :')
.
Bias saya Hongbin sih. Gara-gara apa coba? Gara-gara akting dia di MV Voodoo Doll. TAPI, TAPI, TAPI, N dan Leo itu kurangajar banget kalau lagi on stage; totally bias wreckers! Saya malah jejeritan setiap kali lihat N smirking, hhhhh kzl.
.
Kalau cuma boleh pilih satu lagu favorit, With Me. Lagu tidak senonoh ciptaan Ravi yang ada di album Depend on Me. Tapi kalau boleh bikin Top 10:
1. With Me
2. Shangri-La
3. Voodoo Doll
4. The Closer
5. Fantasy
6. Love Me Do
7. Error
8. Black Out
9. Whisper
10. 아이돌 하기 싫어
.
Kamu? Paling suka siapa dan lagu apa? :3
(Nih, bonus Hongbin era Voodoo Doll. Dengar-dengar, sutradaranya sampai ngeri karena Hongbin yang biasanya fluffy jadi in character banget. 😂)

View more

Jawaban singkat: Karena relatable.
.
Jawaban agak panjang dikit:
1) Kesamaan konsep romansa.
Kalau kamu anak SMA/awal kuliahan yang konsep romansanya mirip-mirip (atau bahkan sama) seperti yang digambarkan dalam film Dilan, kamu akan merasa bisa relate, dan kamu akan menyukainya. Itulah kenapa ketika saya nonton Insidious di Cinemaxx Detos kemarin, antrian tiket didominasi oleh pasangan anak berseragam sekolah yang nonton bareng pacarnya atau sekelompok ciwi-ciwi berseragam putih-kelabu yang nonton bareng teman-temannya.
Saya udah bukan anak sekolahan lagi dan seiring bertambah umur, konsep romansa saya sudah berbeda dengan apa yang digambarkan dalam novel Dilan. Saya gak bisa relate, makanya saya gak enjoy baca Dilan.
.
2) Konflik yang sederhana.
New girl in the town, boy likes girl, girl questioning her feelings, there's another boy, boom! Biasa banget? Terus kenapa bisa laku? Karena: MEMANG ITULAH YANG TERJADI DALAM HIDUP. Kemungkinan ada kejadian Dilan di dunia nyata lebih besar daripada kemungkinan ada pesawat alien yang datang ke Bumi secara misterius dan kamu harus menemukan cara berkomunikasi dengan mereka.
.
3) Bumbu-bumbu khas Dilan.
Premis Dilan biasa banget, terus gimana supaya orang tambah suka? Bikin dia relatable tapi tetap 'unik'. Caranya? Kasih puisi-puisi dan celotehan yang diksinya cuma Dilan yang punya ("Jangan rindu, berat. Kau gak akan kuat. Biar aku saja."). Kasih perlakuan untuk Milea yang cuma Dilan yang punya (seperti ngasih TTS yang sudah diisi dan ngasih kerupuk).
.
4) Dilan yang... puitis.
Banyak dari kita yang masih beranggapan bahwa puisi adalah suatu hal suci maharomantis yang cuma bisa dibuat segelintir orang. Coba, berapa banyak teman kamu yang pacarnya mau dan bisa bikin puisi? Pasti jarang. Makanya, Dilan kelihatan keren banget. Siapa lagi yang digilai penonton wanita karena puitis?
Ya, Rangga di AADC. Sudah lihat polanya?
Berhubung saya kenal (dan dekat) dengan beberapa orang yang senang berpuisi dan sering terpapar puisi, apa yang ditawarkan Dilan jadi tidak terasa spesial lagi. Makanya balik lagi, saya gak bisa relate.
.
Jadi kalau kamu merasa terheran-heran dengan fenomena ini, mungkin bukan karena pikiran mereka cemen atau pola pikir orang Indonesia stuck di situ terus. Toh, saya yakin Pidi Baiq sebetulnya bisa bikin cerita yang jauh lebih bermakna daripada Dilan. Mungkin, simply karena kamu gak bisa relate sehingga kamu gak menikmatinya. Seperti saya.

View more